Minta Maaf ya - Matiraga.com 1

Minta Maaf itu Nggak Cukup Coooyyy!!!

“Rumah kotor itu wajar… yang penting selalu dibersihkan”.

Jangan salah ya… kata-kata di atas itu bukan dari saya. Tapi kata-kata dari seorang teman. Mana mungkin saya punya kemampuan berpikir yang out-of-the-box kayak gitu.

Jadi begini… Kita kan manusia ya… pastinya nggak lepas dari salah.

Ya kalau salah, ya minta maaf.

Tapi setelah saya pikir-pikir, ternyata minta maaf saja itu nggak cukup.

Lho kok nggak cukup?

Begini… memang benar meminta maaf itu adalah bentuk dari kerendahan hati. Tapi hanya dengan meminta maaf saja itu tidak merubah apa-apa, kecuali diikuti dengan pengakuan.

Coba ada yang nyenggol, trus dia dengan enaknya bilang “sori ya..” trus ngloyor pergi. Masih kesel ga? Kalau saya sih masih.

Misalnya lagi nih… saya berbuat salah sama Anda. Anda kesel donk sama saya.

Trus karena Anda kesel sama saya, maka saya minta maaf kepada Anda. Ya supaya keselnya ilang.

Trus saya bilang ke Anda “Ya sudah…. kalau saya salah saya minta maaf”.

Mungkin Anda maafin saya, tapi mungkin nggak saya akan melakukan kesalahan lagi?

Ya mungkin banget.

Karena saya nggak mengaku salah. Artinya saya nggak sadar kalau berbuat salah. Dan di masa mendatang akan sangat mungkin kesalahan terjadi lagi.

Saya minta maaf hanya agar Anda keselnya ilang. Tapi apa bener-bener ilang. Dari pengalaman saya mendapatkan permintaan maaf sih keselnya tetep ada. Cuma nggak ngaku aja.

Nah selain itu… meminta maaf tanpa mengaku salah akan ada sesuatu hal yang cukup mengganjal. Apa itu?

Baik saya maupun Anda tidak belajar apa-apa dari kejadian itu.

Beda ceritanya kalau saya bilang…

“saya minta maaf… saya mengaku salah…. karena saya telah [menyebutkan kesalahan]. Saya akui itu kesalahan saya.”

Jujur saja kalau ada orang yang melakukan kesalahan sama saya dan dia datang minta maaf, plus mengakui kesalahannya… saya akan malah respek dan menaruh hormat kepadanya.

Malah mungkin hubungan saya sama dia akan jauh lebih dekat dari sebelumnya.

Mengaku salah itu nggak gampang lho….

Berat… kamu nggak akan kuat… apalagi aku. Wkwkwkwkwk…

Lebih mudah meminta maaf daripada mengakui kesalahan.

Meminta maaf dan mengakui kesalahan itu berarti kita pasrah terhadap apapun yang akan terjadi kepada kita. Kita menelanjangi diri sendiri.

Dihukum ya pasrah, dicuekin ya pasrah, dimaki-maki ya pasrah.

Memulai untuk mengaku salah itu pertaruhannya harga diri. Apalagi mengakui kesalahan.

Bahkan kepada orang terdekat kita, mengaku kesalahan itu berat… malu, resiko harga diri jatuh.

Tapi…tapi…

Mengakui kesalahan itu akan merubah banyak hal. Akan banyak keuntungan yang didapat.

Yang pertama, kita akan merasa plong, rasa mengganjal di dada akan lepas. Lebih plong daripada sekedar minta maaf.

Yang kedua, kita akan belajar dari kesalahan tersebut. Kita akan mengingat kesalahan kita sendiri. Karena kita berani mengakuinya. Sehingga di kemudian hari kecil kemungkinan kita akan mengulanginya lagi. Pengakuan awal pertobatan coy…

Yang ketiga, mengakui kesalahan dan meminta maaf akan mempererat hubungan kita dengan orang yang kita sakiti. Kita akan lebih dipercaya.

Dan yang keempat, membuka topeng. Kita tidak lagi menjadi manusia dengan penuh kepura-puraan. Saya yakin Anda benci dengan orang yang suka berpura-pura dalam kehidupannya. Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita benar-benar sudah menjadi orang yang apa adanya, bukan orang yang berpura-pura?

Minta Maaf ya - Matiraga.com 1

Lalu yang kelima…. belum ada. Belum terpikir.

Lho kok ada yang belum terpikir? Karena saya sendiri bukanlah orang yang SELALU berani mengakui kesalahan. Jadi belum banyak pengalaman soal mengakui kesalahan.

Ingatlah… mengakui kesalahan itu berat. (Alasan… wkwkwkwk…)

Masih banyak kesalahan yang saya lakukan dan saya enggan mengakuinya. Terutama kepada orang yang saya sakiti.

Padahal jika kita menjadi pihak yang disakiti, tentu saja kita akan berharap orang menyakiti datang meminta maaf dan mengakui kesalahannya kan?

Dan coba deh bayangkan… ketika ada seseorang yang meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada Anda, kira-kira Anda akan memaafkan nggak?

Kalau saya justru akan respek dan langsung memeluknya (kalau cewek).

Ketika saya membuat artikel ini terpikirkan oleh saya “siapa saja ya yang tidak mau mengakui kesalahannya sama saya?”.

Buehh…. Lah kok liat orang lain.

Liat diri dulu. Udah bener belum memaafinnya?

Karena ada tertulis “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami“.

Kalau mengampuni orang lain saja kita nggak mau kok berani-beraninya kita minta ampun?

Jika hati kita itu ibarat sebuah rumah, maka kotor itu wajar dan biasa. Karena kita manusia. Yang penting kita selalu mau untuk membersihkan.

Membersihkan diri dari kesalahan yang kita buat, dan juga membersihkan diri dari rasa kesal terhadap kesalahan orang lain.

Hak… cieeeh…

-ZX-

Leave a Reply

Your email address will not be published.